MAKALAH
VIROLOGI dan PARASITOLOGI
“
The Cestodes (Tapeworms) ”
Oleh :
Aep
Saepudin / D1A140881
Raisa
Fauziana Hasanah / D1A141012
Septiana
Anjarwati / D1A140880
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2015
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat,
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah tentang The Cestodes
(Tapeworms) tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Makalah yang telah kami susun ini
dibuat dalam rangka memenuhi tugas dari dosen Dr.Widhorini,M.Sc.
Dengan ini kami menyadari bahwa
makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari
pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa juga kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini.
Ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kami sampaikan kepada :
- Ibu Dr.Widhorini,M.Sc. yang telah membimbing mata kuliah Virologi & Parasitologi dan dalam pembuatan makalah ini.
- Orang Tua tercinta yang mana telah membantu kami dalam segi material maupun dalam segi motivasi selama dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini
terdapat banyak kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami dan pada umumnya bagi para pembaca. Selamat membaca!!!
Bandung,17
November 2015
Septiana Anjarwati
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................. i
Daftar isi ........................................................................................... ii
BAB 1 ............................................................................................... 1Pendahuluan ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................ 2
BAB 2 .............................................................................................. 3
PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Pengertian Cestoda ............................................................ 3
2.2 Klasifikasi dan Siklus Hidup Cestoda ............................... 4
A. Klasifikasi Cestoda ................................................................. 4
B. Siklus Hidup Cestoda ............................................................ 10
2.3 Patologi dan Gejala Klinis ................................................ 11
2.4 Morfologi dan Anatomi Cestoda ....................................... 13
2.5 Pengobatan dan Pencegatan
penyakit ................................ 15
BAB 3 ..............................................................................................
19
Penutup ............................................................................................ 193.1 Kesimpulan ......................................................................... 19
Daftar Pustaka .................................................................................. 23
BAB 1
1.1 Latar Belakang
Cacing pita, taenia solium kebanyakan
merupakan parasit yang mana pada tingkat dewasanya hidup dalam saluran
pencernaan manusia. Spesies lain yang hampir mirip adalah taeniarinychus
(taenia) saginata yang juga merupakan parasit pada manusia.
Setiap cacing pita dewasa merupakan flatform yang terdiri dari sebuah kepala
sebagai holdfast organ. Scolex dan sebagian besar tubuhnya disusun oleh
segmen-segmen dalam garis lurus yang berentet. Hewan ini melekat pada dinding
saluran pencernaan inangnya menggunakan alat pelekat dan penghisap yang ada
pada scolexnya, bagian belakag scolex disebut leher dengan ukuran yag pendek
yang diikuti oleh sebuah benang proglotid dimana ukurannya secara
berangsur-angsur bertambah dari anterior dan berakhir pada posterior. Cacing
ulat panjangnya mungkin mencapai 1 kaki dan mengandung 800-900 segmen. Sejak
itu proglotid tumbuh dari leher posterior dan berakhir setelah sangat tua.
Proglotid yang dihasilkan mungkin sebanding dengan pembentukan ephyrae oleh
scyphistom, aurelia dan disebut dengan strobilisasi.
Anatomi dari cacing pita ini disesuaikan dengan
kebiasaannya sebagai parasit, dimana dia tidak punya saluran pencernaan
sehingga makanannya akan langsung diserap oleh dinding tubuhnya. Sistem
syarafnya mirip dengan planaria dan faciola hepatica tetapi tidak
berkembang dengan baik Saluran pengeluarannya membujur, bercabang dan berakhir
didalam sel api. Ujung posteriornya terbuka sehingga zat-zat sisa langsung di
eksresikan keluar tubuh.
Setiap lembar segmen pada cacing pita dewasa
hampir semua memiliki organ reproduksi. Spermatozoa mula-mula dalam spherical
testis yang mana tersebar dan dibentuk terus pada setiap segmen yang
dikumpulkan dalam sebuah tabung kemudian di bawa ke genital pori melaui vas
deferens. Telur
berasal dari ovari yang didorong masuk kedalam saluran rahim. Dimana nantinya
telur tersebut masuk pada proses pembuahan oleh spermatozoa yang mungkin datang
dari proglotid yang sama dan turun pada vagina seperti proglotid tua. Uterus
menjadi di gembungkan dengan telur dan dikirimkan pada cabang yang mati, dimana
organ reproduksinya istirahat pada saat diserap. Ketika proglotid matang maka
proglotid tersebut akan dihancurkan dan dikeluarkan bersama feces.
Telur pada taenia akan berkembang menjadi
embrio dengan 6 alat pelekat ketika ada diluar segmen. Jika mereka dimakan oleh babi mereka akan masuk
kedalam saluran pencernaannya kemudian akan berkembang biak didalam tubuh babi
tersebut, dimana larvanya akan dikeluarkan bersama dengan feces.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian dari Cestoda ?
2. Bagaimana
Klasifikasi dan Siklus Hidup Cestoda ?
3. Bagaimana
Patologi dan Gejala Klinis ?
4. Bagaimana
Morfologi dan Anatomi Cestoda ?
5. Bagaimana
Cara Pencegahan dan Pengobatan penyakit yang disebabkan Cestoda?
1. Untuk
mengetahui pengetian dari cestoda.
2. Untuk
mengetahui Klasifikasi dan Siklus Hidup Cestoda.
3. Untuk
mengetahui Patologi dan Gejala Klinis.
4. Untuk
mengetahui Morfologi dan Anatomi Cestoda.
5. Untuk
mengetahui Cara Pencegahan dan Pengobatan penyakit yang disebabkan Cestoda.
BAB 2
Pembahasan
2.1 Pengertian Cestoda
Cestoda
adalah salah satu kelas dari phyllum Plathyehelminthes, yang merupakan salah
satu kelompok parasit pada ikan dan juga pada manusia. Parasit ini menyebabkan
kerugian secara ekonomi terutama pada penurunan kualitas hasil perikanan, dan
dapat merugikan kesehatan manusia. Studi tentang parasit cestoda pada ikan yang
berhubungan dengan siklus hidupnya dan kesehatan manusia telah banyak dilakukan
di negara maju yang berada di daerah sub tropis.
Cestoda atau cacing pita
kebanyakan darinya adalah parasit. Hampir semua merupakan endoparasit dengan
hidup dalam sistem pencernaan pada vertebrata dan larvanya ada di dalam
jaringan vertebrata dan invertebrata. Tidak ada sistem pencernaan yang
didalamnya terdapat termatoda sederhana seperti cacing pita dan nutrisi
diserapnya melalui permukaan tubuhnya. Kebanyakan cacing pita berbentuk seperti
pita dan terdiri dari banyak segmen yang disebut proglotid. Walau bagaimanapun
segmen-segmen tersebut tidak seperti segmen yang terdapat pada segmen hewan tak
bertulang belakang yang lebih tinggi tingkatannya, seperti anelida.
Cacing pita dewasa biasanya terdiri atas kepala/scolex, leher yang pendek, dan
deretan proglotid yang disebut strobila.
Kepala biasanya dilengkapi oleh
sepasang alat penghisap dan kadang-kadang punya hooklets. Leher tumbuh dari
bagian posterior dan berakhir pada bagian ujung dimana tidak terdapat segmen
lagi. Proglotid bertambah ukurannya karena ada kontraksi dan bermacam-macam
sistem organ pada tubuhnya.
Proglotid biasanya memiliki alat
kelamin baik dibagian lateral maupun pada permukaan, tetapi beberapa spesies
punya bagian yang terpisah untuk keduanya. Tubuhnya ditutupi kutikula karena
termatoda dan organ internal ototnya merupakan sel parenkim yang juga
mengandung kapur. Melingkar, lonitudinal, transversal dan otot dorsal-ventral
ada pada trematoda dan tiga syarafnya terikat pada bagian kepala yang berasal
dari serabut syaraf longitudinal. Sistem eksresinya sama seperti apa yang ada
pada trematoda.
Cacing pita merupakan
hermaprodit. Organ reproduktifnya berbeda misalnya pada taenia organ
reproduksi digambarkan untuk mengidentifikasi karakteristiknya. Masing-masing
proglotid memiliki sepasang organ reproduksi yang lengkap, yaitu ovarium dan
testis, sehingga dapat mengadakan pembuahan sendiri. Walaupun populasinya sudah
diketahui diantara segmen-segmen tapi sering kali terjadi pembuahan silang pada
cacing pita yang berbeda. Dibeberapa spesies sel telur dilepaskan dari pori
genital, tetapi dikebanyakan spesies sel telur disimpan dalam segmen-segmennya
sebagai “gravid”, yang terpisah pada tiap lembar segmen didalam feses inang.
Elur dalam segmen-segmen ini mengandung embrio yang dapat berkembang menjadi onchosper,
ini semua dapat berkembang terus menerus hanya ketika mencerna dirinya sendiri.
Onchosper berasal dari telur dan lubang yang terdapat dari dinding usus
didalam ronga tubuh atau pada jaringan tertentu onchosper pada cestoda
yang lebih rendah berbentuk seperti benang, dimana proscescoidnya
berkembang pada inang yang kedua. Larva tertentu pada cestoda yang lebih tinggi
disebut cysticerciod yang mempunyai rongga walaupun belum sempurna dan
masih dalam proses pembentukan ekor. Rongga yang sebenarnya sudah ada pada : cysticercus
dibagian kepala, coenurus yang besar dan berasal dari kemunculan banyak scolex, dan echinococcus
atau hidatid.
2.2 Klasifikasi dan Siklus Hidup Cestoda
A. Klasifikasi Cestoda
Yaitu divisi yang dibagi
kedalam dua subclass. Subclass pertama yaitu cestodaria yang mempunyai
proglotid dan mempunyai larva dengan sepuluh tahapan dan biasanya memiliki
sepuluh alat pelekat. Tetapi cestoda itu sudah mempunyai lapisan epidermis dan sistem pencernaan,
dan hanya mempunyai organ pelengkap pada bagian anterior, dan hampir merupakan
parasit pada ikan laut. Subclass yang lain yaitu eucestoda. Hampir semua
spesies cestoda masuk kedalam eucestoda kebanyakan setelah dewasa memiliki
prolottid.
Eucesroda tebagi kedalam 11 ordo tetapi
hanya 2 ordo yang merupakan parasit pada mamalia yaitu : pseudophylidae
dan cyclophylidae. Organ pelekatnya terdapat pada kepala yang dilengkapi
dengan alat pelekat, alat penghisap, bothria, dan othridia.
- Ordo Proteocephalide
Cacing pita kecil, scolex
denagan 4 alat penghisap, vitellaria sebagai pita samping, parasit Ordo Tetraphyllidea
Cacing pita berukuran
sedang,scolex dengan 4 bothridia, vitterallia di bagian samping, parasit pada
ikan elasmobranch, calliobothrium certicillatum terjadi dikatup spiral pada
mulut anjing laut.
- Ordo Disculieptidea
Hanya satu species yang
dikenal dari ikan elasmobranch, scolex hanya satu dan tersebar dibagian
anterior, siklus hidupnya belum diketahui.
- Ordo Lecanicephalidea
Variabel scolex pada bagian
anterior dan posterior dilegkapi oleh 4 alat penghisap, parasit pada ikan
elasmobranch,
- Ordo Pseudophyllidea
Cacing pita yang kecil atau
besar, sclexnya punya dua pothria, pitelaria sebagai polikel yang tersebar pada
pori uterine yang terbuka di permukaan, parasit pada ikan, burung dan mamalia,.
Kebanyakan ada pada manusia khususnya pada wanitapada bothriocephalus latus
yang mempunyai dua inang intermediet, pada copepod daikan air tawar. Panjangnya
dapat mencapai 20 kaki dan usianya lebihdari 20th dan dapat juga
menjadi penyebab symptoom seperti anemia pada laki-laki
- Ordo Trypanorhynchydea
Scolexnya terdiri dari 2 atau
4 bothria dan 4 rectractile, proboscides berduri dan tubuhnya memanjang. Pori
alat kelaminnya terletak dipinggir. Ketika dalam keadaan larva merupakan parasit pada ikan
teleoste dan setelah dewasa menjadi parasit pada ikan elasmobranch.
- Ordo cycophyllidea
Scolrxnya mempunyai 4 alat penghisap
dan juga dilengkapi oleh rostellum, tidak ada pori uterin, vitellarianya ada di
posterior sedangkan ovarinya ada di lateral. Proglotidnya pecah dari srtobila
ketika ia hampir mati, telurnya tidak operculate dan ochospernya tidak bersilia
terdapat pada taenidae. Salah satu yang termasuk ordo ini adalah taenia solium
yang merupakan parasit pada manusia, taenia fisiform pada kucing dan anjing
yang memproduksi larva ketika pada tubuh inang.
- Ordo Apollidea
Variabel scolex, biasanya besar
dengan 4 sucker, tidak bersegmen dan parasitkecil pada angsa dan bebek
- Ordo Nippotaeniidea
Scolexnya memiliki 1 sucker
dibagian anterior, punya beberapa proglotid dan parasit pada ikan di jepang dan
rusia
- Ordo Caryphylidea
Bentuknya tidak bersegmen,
parasit pada pisces dan oligocaetae, berkembang dengan reproduksi seksual,
procercoid saat larva dan hanya memiliki beberapa spesies.
- Ordo Spatheathridea
Variabel scolex tidak punya
p[roglotid eksternal dan parasit pada ikan yang hendakbertelur dan ikan laut.
Terdapat
tiga spesies
penting cacing pita
Taenia, yaitu Taenia
solium, Taenia
saginata, dan Taenia asiatica.
Ketiga spesies Taenia ini dianggap penting karena dapat menyebabkan penyakit
pada manusia, yang dikenal dengan istilah taeniasis dan sistiserkosis.
Perbedaan antara Taenia solium, Taenia
saginata dan Taenia asiatica:
No.
|
Keterangan
|
Taenia
solium
|
Taenia
saginata
|
Taenia
asiatica
|
1
|
Usus halus manusia
|
Usus halus manusia
|
||
2
|
Inang antara
|
|||
3
|
Nama tahap larva
|
Cysticercus
cellulosae
|
Cysticercus
bovis
|
Cysticercus
t.s. taiwanensis
|
4
|
(3-8)x 0,01 meter
|
(4-15) x 0,01 meter
|
4-8 meter
|
|
5
|
Jumlah segmen
|
700-1000
|
1000-2000
|
712
|
6
|
Jumlah telur
|
30.000-50.000 di setiap segmen
|
lebih dari 100.000 di setiap
segmen
|
1. Taenia
saginata
- Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
:
Platyhelminthes
Class
: Cestoda
Ordo
: Cyclophyllidea
Family
: Taeniidae
Genus
: Taenia
Species
:Taenia
saginata
2. Taenia solium
- Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Platyhelminthes
Class
: Cestoda
Ordo
: Cyclophyllidea
Family
: Taeniidae
Genus
: Taenia
Species
:Taenia
solium
3. Taenia asiatica
- Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum
: Platyhelminthes
Class :
Cestoda
Ordo :
Cyclophyllidea
Family : Taeniidae
Genus : Taenia
Species :Taenia asiatica
B. Siklus Hidup Cestoda
Telur-telur
/ proglotid cacing ini melekat pada rumput bersama tinja, bila orang berdefekasi
di padang rumput, atau karena tinja yang hanyut dari sungai di waktu banjir.
Ternak yang makan rumput akan terkontaminasi atau dihinggapi cacing gelembung
karena telur yang tertelan akan dicerna sehingga embrio heksakan menetas.
Embrio heksakan di saluran pencernaan ternak menembus dinding usus, masuk ke
saluran getah bening atau darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat
di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung yang disebut Sistiserkus bovis, yaitu larva Taenia saginata. Peristiwa ini terjadi
setelah 12-15 minggu.
Bagian tubuh
ternak yang sering dihinggapi larva tersebut adalah otot maseter, paha belakang
dan punggung. Otot di bagian lain juga dapat dihinggapi. Setelah 1 tahun cacing
gelembung ini biasanya mengalami degenerasi, walaupun ada yang dapat hidup
sampai 3 tahun.
Bila cacing
gelembung yang terdapat di daging sapi yang dimasak kurang matang termakan oleh
manusia, skoleksnya keluar dari cacing gelembung dengan cara evaginasi dan
melekat pada mukosa usus halus seperti yeyunum. Cacing gelembung tersebut dalam
waktu 8-10 minggu tumbuh menjadi dewasa. Biasanya di rongga usus hospes
terdapat seekor cacing. Hospes definitif dari cacing pita Taenia sagnata adalah manusia sedangkan hewan memamah biak dari
keluarga Bovidae, seperti sapi, kerbau dan lainnya adalah hospes perantara.
2.3 Patologi dan Gejala Klinis
Telur taenia solium (cacing pita
babi) bisa menetas di usus halus, lalu memasuki tubuh atau struktur organ
tubuh., sehingga muncul penyakit Cysticercosis, cacing pita cysticercus sering
berdiam di jaringan bawah kulit dan otot, gejalanya mungkin tidak begitu nyata
; tetapi kalau infeksi cacing pita Cysticercus menjalar ke otak, mata atau ke
sumsum tulang akan menimbulkan efek lanjutan yang parah.
Infeksi oleh cacing pita genus Taenia
di dalam usus biasanya disebut Taeniasis. Ada dua spesies yang sering sebagai
penyebab-nya, yaitu Taenia solium dan Taenia saginata. Menurut penelitian di
beberapa desa di Indonesia, angka infeksi taenia tercatat 0,8–23%.,
frekuensinya tidak begitu tinggi. Namun demikian, cara penanganannya perlu
mendapat perhatian, terutama kasus-kasus taeniasis Taenia solium yang sering
menyebabkan komplikasi sistiserkosis.
Cara infeksinya melalui oral karena
memakan daging babi atau sapi yang mentah atau setengah matang dan me-ngandung
larva cysticercus. Di dalam usus halus, larva itu menjadi dewasa dan dapat
menyebabkan gejala gastero- intestinal seperti rasa mual, nyeri di daerah
epigastrium, napsu makan menurun atau meningkat, diare atau kadang-kadang
konstipasi. Selain itu, gizi penderita bisa menjadi buruk se-hingga terjadi
anemia malnutrisi. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan eosinofilia. Semua
gejala tersebut tidak spesifik bahkan sebagian besar kasus taeniasis tidak
menunjukkan gejala (asimtomatik).
Cacing dewasa taenia saginata
(cacing pita sapi) biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperti
sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, mual, muntah, mencret, pusing atau
gugup. Gejala-gejala tersebut disertai dengan ditemukannya proglotid cacing yang
bergerak-gerak lewat dubur bersama dengan atau tanpa tinja. Gejala yang lebih
berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid menyasar masuk apendiks, atau
terdapat ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobilla cacing. Berat
badan tidak jelas menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi.
- Gejala terhadap Kesehatan
Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah:
- Gatal-gatal pada anus (77%)
- Mual (46%)
- Pusing (42%)
- Peningkatan nafsu makan (30%)
- Sakit kepala (26%)
- Diare (18%)
- Lemah (17%)
- Merasa lapar (16%)
- Sembelit (11%)
- Penurunan berat badan (6%)
- Rasa tidak enak di lambung (5%)
- Letih (4%)
- Muntah (4%)
- Tidak ada selera makan saat lapar (1%)
- Pegal-pegal pada otot (1%)
- Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan gangguan pernapasan (masing-masing <1%).
Sistiserkosis menimbulkan
gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam
tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan
tubuh yang berbeda-beda. Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di
otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit.
Dampak kesehatan yang paling
ditakuti dan berbahaya akibat larva cacing Taenia yaitu
neurosistiserkosis yang dapat menimbulkan kematian. Neurosistiserkosis adalah infeksi
sistem saraf pusat akibat sistiserkus dari larva Taenia solium.
Neurosistiserkosis merupakan faktor risiko penyebab stroke baik pada manusia yang muda
maupun setengah baya , epilepsi dan
kelainan pada tengkorak.
Sistiserkosis merupakan penyebab 1% kematian pada rumah sakit umum di Meksiko City dan
penyebab 25% tumor dalam otak.
(Sistiserkosis pada
otak
(Taenia saginata di usus buntu)
2.4 Morfologi dan Anatomi Cestoda
- · Morfologi umum cestoda
Ukuran
cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm sampai
yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermafrodit. Cacing ini
terdiri atas scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri
pada dinding intestinum. Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian
cacing yang tidak bersegmen. Di belakang leher tumbuh proglotid yang semakin
lama semakin banyak yang menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan
bersegmen-segmen.
Setiap proglotid (segmen) dilengkapi
dengan alat reproduksi (jantan dan betina). Semakin jauh dari scolex,
proglotidnya semakin tua sehingga proglotid yang paling ujung seolah olah hanya
sebagai kantung telur saja sehingga disebut proglotid gravida. Proglotid muda
selalu dibentuk dibelakang leher, sehingga proglotid tua akan didorong semakin
lama semakin jauh letaknya dari scolex. Seluruh cacing mulai scolex, leher,
sampai proglotid yang terakhir disebut strobila. Cestoda berbeda dengan
nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus. Makanan masuk dalam tubuh cacing
karena diserap oleh permukaan tubuh cacing.
Bagian tubuh:
a) Kepala
(scolex)
·
Berfungsi untuk melekat ( biasanya membulat)
·
Pada eucestoda biasanya mempunyai 4 sucker
(acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan kait. Pada bagian skoleks dapat juga
dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang sering dilengkapi dengan
kait.
·
Pada cotyloda tidak mempunyai organ melekat
seperti eucestoda (acetabulum) tetapi mempunyai bothria (celah panjang dan
sempit serta berotot lemah).
b) Leher
·
Tidak bersegmen, sesudah scoleks melanjut ke leher.
c) Tubuh
atau badan
·
Terdiri dari segmen-segmen (Proglottid) yang
dipisahkan oleh garis-garis transversal, tiap-tiap proglotid biasanya
mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.
d)
Proglottid
·
Dibentuk mulai dari leher yang makin menjahui
scoleks semakin dewasa/masak. Dikenal tiga macam proglotid, yaitu proglottid
muda, proglottid dewasa (organ reproduksi berkembang dan berfungsi sempurna)
dan proglotid gravid (penuh telur, organ reproduksi mengalami degenerasi). Pada
banyak cacing pita, telur tidak dikeluarkan tetapi mengumpul di proglotid
gravid, selanjutnya proglotid ini lepas dan keluar bersama feses. Pada
eucestoda proglotid-proglotid jelas terpisah tetapi pada cotyloda tidak jelas
(pembentukannya sama-sama dalam satu waktu, contoh: pada plerocercoid yang
tidak bersegmen). Berdasarkan lepasnya proglotid, cestoda dibagi menjadi :
1. Apolytic
Cestoda : melepaskan segmen gravid.
2.
Anapolytic Cestoda : tetap membawa
segmen gravid selama hidup.
3. Euapolytic
Cestoda : Segmen dilepas waktu hamper gravid.
4. Hyperapolytic
Cestoda: segmen dilepas jauh sebelum gravid dan bebas di usus hospes.
5. Pseudoapolytic
Cestoda: telur keluar lewat porus uterus kemudian segmen dilepas dalam kelompok
dan degenerasi (Ex: pada cotyloda).
2.5 Pengobatan dan Pencegatan penyakit yang disebabkan oleh cestoda
- · Pengobatan
Cara pengobatan berbagai penyakit
parasit usus berbeda, harus memakai obat cacing menurut resep dokter. Obat-obat
untuk memberantas cacing pita dapat digolongkan menjadi dua, yaitu taeniafuge dan taeniacide. Taeniafuge
ialah golongan obat yang menyebabkan relaksasi otot cacing sehingga cacing
menjadi lemas. Contohnya: kuinakrin hidroklorid (atabrin), bitionol dan
aspidium oleoresin. Pemakaian obat ini mutlak memerlukan purgativa untuk
mengeluarkan cacingnya. Sedangkan taeniacide adalah golongan obat yang dapat
membunuh cacing. Contohnya: niklosamid (yomesan), mebendazol dan diklorofen.
Pemakaian obat ini tidak mutlak memerlukan purgativa.
Tujuan pengobatan taeniasis ialah
untuk mengeluarkan semua cacing beserta scolex-nya dan juga mencegah terjadinya
sistiserkosis, terutama pada kasus taeniasis Taenia solium. Obat-obat yang kini
lazim dipakai adalah niklosamid dan mebendazol. Sedangkan kuinakrin hidroklorid
dan aspidium oleoresin walaupun cukup efektif, tetapi karena bersifat toksik maka
sekarang jarang dipakai. Selain itu, ada beberapa obat tradisional yang cukup
ampuh buat membasmi cacing pita, yaitu biji labu merah dan getah buah manggis
muda.
Niklosamid hingga saat ini masih
dianggap obat paling baik untuk taeniasis dari segi efektivitasnya. Obat
tersedia dalam bentuk tablet 500 miligram. Dosis dan cara pemberian: 2 gram
dibagi dua dosis dengan interval pemberian 1 jam. Obat harus dikunyah sebelum
diminum. Dua jam setelah pemberian obat, penderita diberi minum purgativa
magnesiumsulfat 30 gram untuk mencegah terjadinya sistiserkosis. Keuntungan
dari obat ini ialah tidak memerlukan persiapan diet ataupun puasa, dan efek
sampingnya juga ringan. Namun menurut pengalaman penulis, efektivitas obat ini
akan lebih baik apabila penderita dipuasakan sebelum meminumnya. Angka
kesembuhan tercatat 95% lebih. Kerugiannya: obat ini tidak beredar resmi di
pasaran sehingga sulit didapatkan. Di samping itu harganya pun mahal.
Agaknya mebendazol merupakah salah
satu taeniacide yang mempunyai masa depan cerah dan kini masih dalam
penyelidikan. Mebendazol adalah anthelmintik berspektrum lebar. Dosisnya 300
miligram dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut. Dua hari setelah
pengobatan, penderita diberi minum purgativa magnesiumsulfat 30 gram, terutama
pada kasus taeniasis Taenia solium untuk mencegah terjadinya sistiserkosis.
Menurut beberapa hasil penelitian, angka kesembuhan tercatat 50 — 100%.
Dilaporkan pula bahwa efek samping obat ini sangat ringan. Untuk memperoleh
hasil yang lebih baik, beberapa peneliti menganjurkan dosis lebih tinggi
(sampai 1200 miligram per hari selama lima hari). Praktek pengobatan taeniasis
dengan mebendazol cukup memuaskan. Namun beberapa peneliti masih menyangsikan
keampuhan mebendazol, bahkan ada yang melaporkan gagal sama sekali. Dengan
demikian, efektivitas mebendazol pada taeniasis masih perlu diselidiki lebih
lanjut (Ketut Ngurah, 1987). Tinja diperiksa kembali setelah 3 dan 6 bulan
untuk memastikan bahwa infeksi telah terobati.
Obat alternative untuk infeksi tenia
ada yang dalam bentuk obat alami. Obat alami atau obat tradisional ini antara
lain dengan mengkonsumsi biji labu merah, biji pinang dan lain-lain.
- · Pencegahan
Cara untuk mencegah agar tidak
menderita gangguan yang disebabkan oleh Taenia saginata antara lain sebagai
berikut :
- Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan dagiikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
- Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
- Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
- Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
- Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
- Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
- Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1)
Cestoda adalah salah satu kelas dari
phyllum Plathyehelminthes, yang merupakan salah satu kelompok parasit pada ikan
dan juga pada manusia. Parasit ini menyebabkan kerugian secara ekonomi terutama
pada penurunan kualitas hasil perikanan, dan dapat merugikan kesehatan manusia.
2)
Klasifikasi
Cestoda yaitu divisi yang dibagi kedalam dua subclass. Subclass pertama yaitu cestodaria
yang mempunyai proglotid dan mempunyai larva dengan sepuluh tahapan dan
biasanya memiliki sepuluh alat pelekat. Subclass yang lain yaitu eucestoda. Hampir
semua spesies cestoda masuk kedalam eucestoda kebanyakan setelah dewasa
memiliki prolottid. Eucesroda tebagi kedalam 11 ordo tetapi hanya 2 ordo
yang merupakan parasit pada mamalia yaitu : pseudophylidae dan cyclophylidae.
Taenia solium
Linnaeus, 1758 |
3)
Siklus Hidup
Cestoda
·
Taenia saginata dewasa tinggal di usus yang seperti
parasit pada manusia.
·
Proglottids dari Taenia saginata meninggalkan
tubuh melalui anus dan jatuh ke tanah, di mana mereka mungkin jatuh pada rumput
dan dimakan oleh hewan pemakan rumput seperti sapi. Ini dikenal sebagai hospes
perantara atau host itermediate.
·
Bentuk remaja dari Teania saginata bermigrasi
dan menetap sebagai kista dalam jaringan tubuh manusia intermediate seperti
otot, dan bukan pada usus. Taenia saginata remaja ini menyebabkan
kerusakan lebih banyak pada manusia yang menjadi tuan rumah definitif.
·
Parasit melengkapi siklus hidupnya ketika melewati
hospes perantara parasit ke host definitif, ini biasanya terjadi karena host
definitif makan suatu bagian dari host perantara yang telah terinfeksi oleh Taenia
saginata remaja. Seperti kemungkinan manusia memakan daging sapi yang telah
terinfeksi oleh Taenia saginata, sehingga cacing tersebut dapat masuk dalam
tubuh manusia dan menetap di usus.
.
4)
Patologi dan gejala klinis
Telur taenia solium (cacing pita
babi) bisa menetas di usus halus, lalu memasuki tubuh atau struktur organ
tubuh., sehingga muncul penyakit Cysticercosis, cacing pita cysticercus sering berdiam
di jaringan bawah kulit dan otot. Infeksi oleh cacing pita genus Taenia di
dalam usus biasanya disebut Taeniasis. Cara infeksinya melalui oral karena
memakan daging babi atau sapi yang mentah atau setengah matang dan me-ngandung
larva cysticercus. Di dalam usus halus, larva itu menjadi dewasa.
Cacing dewasa taenia saginata
(cacing pita sapi) biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan, seperti
sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, mual, muntah, mencret, pusing atau
gugup. Gejala-gejala tersebut disertai dengan ditemukannya proglotid cacing
yang bergerak-gerak lewat dubur bersama dengan atau tanpa tinja. Gejala yang
lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila proglotid menyasar masuk apendiks,
atau terdapat ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobilla cacing. Berat
badan tidak jelas menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi.
5)
Morfologi
Cestoda
Ukuran
cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40 mm sampai
yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermafrodit. Cacing ini
terdiri atas scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri
pada dinding intestinum. Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian
cacing yang tidak bersegmen. Di belakang leher tumbuh proglotid yang semakin lama
semakin banyak yang menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan
bersegmen-segmen.
6) Pengobatan
dan Pencegatan penyakit yang disebabkan oleh cestoda
·
Pengobatan
Cara pengobatan berbagai penyakit
parasit usus berbeda, harus memakai obat cacing menurut resep dokter. Obat-obat
untuk memberantas cacing pita dapat digolongkan menjadi dua, yaitu taeniafuge dan taeniacide. Obat alternative untuk infeksi tenia
ada yang dalam bentuk obat alami. Obat alami atau obat tradisional ini antara
lain dengan mengkonsumsi biji labu merah, biji pinang dan lain-lain.
·
Pencegahan
Cara untuk mencegah agar tidak
menderita gangguan yang disebabkan oleh Taenia saginata antara lain sebagai
berikut :
- Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan dagiikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
- Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
- Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
- Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
- Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
- Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
- Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
Daftar Pustaka
- Anantaphruti, M.T., Hiroshi Yamasaki, Minoru Nakao, Jitra waikagul, Doru Watthanakulpanich, et al., 2007, Sympatric Occurence of taenia solium, Taenia saginata, and Taenia asiatica, Thailand, http://www.cdc.gov/eid/content/13/9/pdfs/1413.pdf, diakses tanggal 12 November 2015
- Brown, Harold W., 1979, Dasar Parasitologi Klinis Edisi III, PT Gramedia, Jakarta
- Gandahusada, Srisasi,dkk, 2004, Parasitologi Kedokteran Edisi III , Balai Penerbit FKUI, Jakarta
- https://id.wikipedia.org/wiki/Taenia_%28cacing_pita%29 (diakses pada tanggal 12 Nov 2015)
- Prianto, Juni L., P.U., Tjahaya dan Darwanto, 1994, Atlas Parasitologi Kedokteran, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
- S, Kusumamihardja (1992). Parasit dan Parasitosis pada Hewan Ternak Piaraan di Indonesia (dalam Indonesia). Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.
- Staf Pengajar FKUI, 1998, Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
- WHO 2011, Taeniasis/cystiserkosis, http://www.who.int/zoonoses/diseases/taeniasis/en/ (diakses tanggal 12 November 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar