Laporan
Praktikum Analisis Fisikokimia
Analisis
Kualitatif Dan Kuantitatif Sediaan Farmasi Dengan Metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi
Oleh :
Septiana Anjarwati / D1A140880
Partner :
Nurul Fatimah / D1A140887
Anisa Marhamah / D1A140887
Mizani Oktaviani / D1A140895
Alif Alkohar / D1A140973
LABORATORIUM
KIMIA JURUSAN FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
AL-GHIFARI
BANDUNG
2015
BAB I
Prinsip dan Tujuan Percobaan
1.1
Prinsip Percobaan
Berdasarkan
prinsip kerja HPLC yaitu pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya ,
alatnya terdiri dari kolom (sebagai fase diam) dan larutan tertentu sebagai
fase gerak.
1.2 Tujuan
Percobaan
-
Dapat melakukan analisis kualitatif
tablet parasetamol dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
-
Dapat melakukan analisis kuantitatif
tablet parasetamol dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
-
Dapat menyimpulkan mutu sediaan tablet
parasetamol dengan data kromatogram dan hasil penetapan kadar.
BAB
II
Tinjauan
Pustaka
KCKT
adalah instrument untuk
pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis,
analisis ketidak murnian ( impurities) dan analisis senyawa-senyawa yang tidak
mudah menguap (nonvolatil). KCKT paling sering digunakan untuk menetapkan kadar
senyawa-senyawa tertentu seperti asam-asam amino,asam-asam nukleat dan
protein-protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif
obat dan lain-lain(Cresswell, 2005)
Beberapa
senyawa organik yang mudah terurai (labil) pada pemanasan dapat dianalisis
dengan cara kromatografi cairan kinerja tinggi atau HPLC karena HPLC dilakukan
pada suhu kamar. Selain senyawa organic teknik HPLC juga dapat
menganalisis senyawa anorganik, cuplikan yang mempunyai berat molekul tinggi
atau titik didihnya tinggi seperti polimer.
Kelebihan KCKT antara lain:
- Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu
campuran.
- Resolusinya baik.
- Kecepatan analisis dan kepekaannya tinggi.
- Dapat dihindari terjadinya
dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis.
- Dapat digunakan bermacam-macam detector.
- Kolom dapat digunakan kembali.
- Instrumennya memungkinan untuk bekerja secara
automatis dan kuantitatif .
- Waktu analisis umumnya singkat.
- Kromatografi cair preparatif memungkinkan
dalam skala besar.
- Ideal untuk molekul besar dan ion.
- Dapat
dilakukan pada suhu kamar
- Mudah
dioperasikan secara otomatis.
(Hayun, 2006)
Keterbatasan
metode KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika KCKT dihubungkan
dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya adalah jika
sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh. Berikut
skema kerja alat yang digunakan dalam HPLC (Supardani 2011)
Larutan
sampel yang akan dianalisis diinjeksi kemudian sampel akan turun ke dalam kolom
dan di elusi oleh eluen yang disediakan. Lalu detector akan mendeteksi
waktu retensi dalam bentuk kromatogram. Dari kromatogram itu kita dapat
meganalisis sampel(Ibnu Ghalib, 2012)
HPLC memiliki kekuatan
pemisahan yang sangat ampuh bahkan untuk komponen-komponen yang berhubungan
sangat erat; pemisahan penukar ion yang sukses dari logam tanah yang langka dan
asam-asam amino telah memperlihatkan ini. Komposisi fase gerak dalam HPLC
memberikan suatu dimensi untuk memanipulasi eksperimen yang tidak dijumpai
dalam kromatografi gas. Dalam kromatografi gas faktor pemisahan untuk sepasang
komponen sampel tergantung pada sifat dasar stationer, sedangkan dalam HPLC
faktor itu juga bergantung pada fase gerak. Seringkali pelarut campuran
merupakan fase gerak yang lebih baik daripada cairan murni untuk memisahkan
campuran yang rumit dan pengoptimasian komposisi pelarut dengan cara coba-coba
dapat menjadi lebih rumit (Khopkar, 1990)
Pemilihan detektor pada
HPLC umumnya didasarkan pada persyaratan
sensitivitas, jenis senyawa yang ada di dalam sampel dan faktor lainnya seperti
biaya. Detector yang paling umum didasarkan pada indeks bias dan eluat kolom,
karena hampir semua zat terlarut akan menghasilkan larutan dengan indeks bias
yang berbeda dengan indeks bias pelarut murni (Day, 2002)
Pada dasarnya instrumen
HPLC terdiri dari tandon (reservoir) cairan fase gerak, pompa, injector, kolom,
detektor dan rekorder.
1. Tandon
(Reservoir)
Reservoir
yang baik disertai degessing system yang berfungsi untuk mengusir gas-gas terlarut
dalam solvent. Degassing dilakukan dengan
mengalirkan gas inert dengan kelarutan yang sangat
kecil, misalnya helium. Degassing dapat juga dibuat sendiri
dengan erlermeyer yang dilengkapi dengan pengaduk magnet, pemanas dan pompa
vacum.
2. Pompa
Fungsi
pompa adalah untuk memompa fase gerak (solvent) ke dalam kolom dengan aliran
yang konstan dan reproducible. Pompa harus memenuhi persyaratann
seperti dapat memberi tekanan sampai 6000 psi (360 atm), tekanan
yang dihasilkan bebas pulsa, dapat mengalirkan fase
gerak dengan kecepatan 0,1 sampai 10 ml/ menit, dapat
mengalirkan fase gerak dengan reprodusibilitas yang tinggi, tahan
terhadap korosi (biasanya terbuat dari baja atau teflon). Ada beberapa
jenis pompa, antara lain :
a. Reciprocating
pump
b. Displacement
Pump
c. Pneumatic
Pump
3. Katup
Injector
Bagian
ini merupakan tempat dimana sampel diinjeksikan untuk selanjutnya dibawa oleh
fase gerak ke dalam kolom.
4. Kolom
(Column)
Kolom merupakan jantung dari HPLC, sebab kunci
keberhasilan analisis sangat tergantung pada efisiensi kolom sebagai alat untuk
memisah-misahkan senyawa dalam campuran yang kompleks. Kolom terbuat dari
stainless steel yang dibor halus atau dari gelas. Ada
dua jenis packing kolom yang telah digunakan dalam kromatografi cair. yaitu
berupa partikel porous dan partikel pelliculer.
5. Detektor
Setelah
sampel melewati kolom maka komponen-komponennya akan terpisah-pisah dan keluar
dari kolom dengan waktu yang berbeda-beda. Komponen yang sudah terpisah ini
secara berturut-turut akan melewati suatu detektor dan akan dibaca kadarnya.
Detektor yang digunakan harus sesuai dengan jenis zat yang dianalisis.
a. Detektor
UV
Prinsip
kerja detektor ini adalah spektrophotometri abssorbsi. Sampel yang dianalisis
harus menyerap sinar UV. Panjang gelombang sinar UV yang biasa digunakan adalah
254 nm.
b. Detektor
Fluoresensi
Prinsip
kerja detektor ini adalah spektrophotometri. Detektor ini lebih sensitif
daripada detektor UV. Pemakaian sumber sinar laser akan memberikan
sensitivitas yang sangat tinggi. Derivatisasi sering dilakukan terhadap asam
amino.
c. Detektor
Indeks Refraksi (Refraksi Index Detector = RID)
Detektor
ini bekerja atas dasar perbedaan indeks refraksi sampel dengan solvent. Semua
larutan suatu zat mempunyai indeks bias yang spesifik, oleh karena itu detektor
ini dapat digunakan untuk hampir semua zat.
6. Recorder
Hasil
pembacaan detektor kemudian diolah oleh suatu processor kemudian dikirim ke
recorder. Recorder akan membuat suatu tampilan. Dalam kromatografi tampilan ini
disebut chromathogram. Untuk HPLC dilengkapi seperangkat software yang dapat
menghitung luas kromatogram dan bahkan sekaligus menghitung kadarnya.
HPLC
sering digunakan antara lain untuk menetapkan kadar senyawa aktif pada obat,
produk hasil samping proses sintesis, atau produk- produk degradasi dalam
sediaan farmasi. Keterbatasan metode HPLC ini adalah untuk identifikasi
senyawa, kecuali jika HPLC dihubungkan dengan spektometer massa (MS).
Keterbatasan lainnya adalah sampel sangat kompleks maka resolusi yang baik
sulit diperoleh.
Parasetamol
adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan gugus kromofor yang dimilikinya menyebabkan
senyawa ini dapat menyerap sinar UV. Karakteristik senyawa ini memungkinkan
analisis dengan teknik HPLC menggunakan kolom nonpolar seperti C-18 dan fasa
gerak polar seperti methanol/ air. Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna
melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi plasma dicapai dalam waktu ½ jam
dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh tubuh. Dalam
plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma. Parasetamol
digunakan sebagai analgesik dan antipiretik (Sumar, 1994)
Ø Data Fisik dan Kimia
a.
Parasetamol
(Acetaminophen)
· Rumus
molekul :
· Warna : Putih
· Rasa : Pahit
· Bau : -
· Pemerian : Hablur atau serbuk hablur
· Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan
dalam natrium hidroksida 1N, mudah larut dalam etanol.
· Berat
molekul : 151,16 g/mol
· Bobot
jenis : 1,293 g/cm3
· pH
larutan : 5-7
· Stabilitas : Pada suhu > 40°C
mudah terdegradasi
· Titik
leleh : 169-172°C
· Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak
tembus cahaya.
· Fungsi : Analgetik, antipiretik.
(Farmakope
Indonesia Edisi IV hal. 649 & MSDS Acetaminophen ScienceLab.com Chemicals
and Laboratory Equipment)
b.
Metanol
· Rumus
molekul : CH4OH
· Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak
berasa
· Titik
didih : 64,5°C
· Bobot
jenis : 0,7915 g/cm3
· Berat
molekul : 32,04 g/mol
· Kerapatan : 1,11
· Titik
beku : -98°C
· Viskositas : 0,55 Cp
· Perhatian : Dapat menyebabkan iritasi pada
mata, kulit, rasa terbakar, inflamasi, kerusakan kornea, mudah terbakar dan
bersifat toksik.
(MSDS
Methanol ScienceLab.com Chemicals and Laboratoty Equipment))
c.
Aqua
Bidestilasi
· Pemerian : Cairan jernih tidak berbau, tidak berasa
· pH : 7
· Titik
didih : 100°C
· Titik
beku : 0°C
· Stabilitas : Produk yang stabil
· Inkompatibilitas : -
(MSDS H2O ScienceLab.com
Chemicals and Laboratory Equipment)
BAB III
Prosedur
Percobaan
3.1
Cara
Kerja
·
Sistem
Kromatografi
Fase
Diam : ODS, packing L1
Fase
Gerak : Air : Metanol 3:1 (v/v)
Laju
Alir : 1,5 ml/menit
Lempeng
teoritis : 1000
Tailing
factor : maksimal 2
Detektor : UV 243 nm
·
Uji
Kesesuaian Sistem
Larutan standar diinjeksikan berturut-turut sebanyak
7 kali ke dalam instrumen KCKT, selanjutnya luas area, waktu retensi, faktor
ikutan dihitung nilai simpangan baku relatifnya. Uji kesesuaian sistem
dinyatakan memenuhi syarat jika nilai SBR < 2,0%.
·
Analisis
Kualitatif
- Larutan Standar
25
mg baku pembanding parasetamol ditimbang ke dalam labu takar 50 ml kemudian
diencerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Larutan dikocok hingga homogen.
Sebanyak 1 ml larutan dipipet ke dalam labu takar 10 ml dan diencerkan dengan
fase gerak hingga tanda batas. Larutan disaring dengan membran filter PTFE 0,45
mm
ke dalam vial. Larutan siap diinjeksikan ke dalam instrumen KCKT.
-
Larutan Uji
4 tablet parasetamol ditimbang lalu
diserbukkan. Kemudian 50 mg serbuk parasetamol ditimbang dan dimasukkan ke
dalam labu takar 100 ml. Sebanyak 50 ml fase gerak ditambahkan ke dalam labu
takar berisi serbuk parasetamol lalu dikocok hingga homogen. Kemudian larutan
diencerkan
dengan fase gerak hingga tanda batas.
Sebanyak 2 ml larutan dipipet ke dalam labu takar 25 ml dan diencerkan dengan
fase gerak hingga tanda batas. Larutan disaring dengan membran filter PTFE 0,45
mm
ke dalam vial. 2 ml filtrat awal dibuang. Larutan hasil filtrasi siap
diinjeksikan ke dalam instrumen KCKT.
Maisng-masing
larutan standar dan larutan uji diinjeksikan ke dalam instrumen KCKT.
Kromatogram yang terbentuk direkam dan dibandingkan antara kromatogram larutan
standar dan larutan uji. Waktu retensi puncak larutan uji harus sama dengan
waktu retensi puncak larutan standar.
Analisis Kuantitatif
-
Larutan Standar
25
mg baku pembanding parasetamol ditimbang ke dalam labu takar 50 ml kemudian
diencerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Larutan dikocok hingga homogen
(larutan stok baku pembanding). Serangkaian pengenceran dibuat untuk kurva
kalibrasi. Sebanyak 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan 1,2 ml larutan stok pembanding
dipipet ke dalam labu takar 10 ml dan diencerkan dengan fase gerak hingga tanda
batas. Larutan disaring dengan membran filter PTFE 0,45 mm
ke dalam vial. Larutan siap diinjeksikan ke dalam instrumen KCKT. Konsentrasi
masing-masing larutan kurva kalibrasi dihitung.
-
Larutan Uji
4
tablet parasetamol ditimbang lalu diserbukkan. Kemudian 50 mg serbuk
parasetamol ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Sebanyak 50 ml
fase gerak ditambahkan ke dalam labu takar berisi serbuk parasetamol lalu
dikocok hingga homogen. Kemudian larutan diencerkan dengan fase gerak hingga
tanda batas. Sebanyak 2 ml larutan dipipet ke dalam labu takar 25 ml dan
diencerkan dengan fase gerak hingga tanda batas. Larutan disaring dengan
membran filter PTFE 0,45 mm ke dalam vial. 2 ml filtrat awal
dibuang. Larutan hasil filtrasi siap diinjeksikan ke dalam instrumen KCKT.
-
Cara Kurva Kalibrasi
Masing-masing
serangkaian konsentrasi larutan standar dan larutan uji diinjeksikan ke dalam
instrumen KCKT. Luas area masing-masing larutan standar dan larutan uji
kromatogram dicatat kemudian dibuat persamaan garis dengan kurva kalibrasi.
Kadar larutan sampel dihitung.
-
Metode One Point
Luas
kromatogram salah satu larutan pembanding diambil kemudian dihitung kadar
larutan sampelnya menggunakan metode One Point.
Cu = Lu : Ls x Cs
3.2 Alat-Alat yang digunakan
1. Labu Ukur 10ml, 25ml,
100 ml 2. Timbangan 3. Gelas Ukur / Pipet 4. Kuvet
5.
HPLC Agillent
6. Membran
filter PTFE 0,45 mm
7. Detektor
UV 243 nm
8. ODS
3.3 Bahan yang digunakan
1. Tablet
Parasetamol
2. Metanol
Pro HPLC
3. Aquabidestilata
4. Baku
pembanding parasetamol
BAB IV
Hasil Percobaan dan Pembasahasan
4.1
Hasil
Percobaan
Konsentrasi larutan uji
Larutan
0,2 ml
V1 . M1 = V2 . M2
0,2 . 500 = 10 . M2
M2 = 10 ppm
|
Larutan
0,4 ml
V1 . M1 = V2 . M2
0,4 . 500 = 10 . M2
M2 = 20 ppm
|
Larutan
0,6 ml
V1 . M1 = V2 . M2
0,6 . 500 = 10 . M2
M2 = 30 ppm
|
Larutan
0,8 ml
V1 . M1 = V2 . M2
0,8. 500 = 10 . M2
M2 = 40 ppm
|
Larutan
1,0 ml
V1 . M1 = V2 . M2
1,0 . 500 = 10 . M2
M2 = 50 ppm
|
Larutan
1,2 ml
V1 . M1 = V2 . M2
1,2 . 500 = 10 . M2
M2 = 60 ppm
|
4.2 Pembahasan
Pada percobaan
kali ini dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap tablet
parasetamol dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui mutu sediaan dari tablet parasetamol. Prinsip kerja
dari KCKT adalah pemisahan suatu senyawa berdasarkan sifat kepolarannya. Sistem
kromatografi yang digunakan pada percobaan ini yaitu fase balik, dimana fase diam yang digunakan bersifat
non polar sedangkan fase geraknya bersifat polar. Fase diam yang digunakan
adalah ODS
atau Okta Desil Silica. ODS merupakan kolom berisi silika
yang bersifat polar yang kemudian ditambahkan 18 atom C sehingga ODS bersifat
non polar. ODS banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa dari tingkat
kepolaran terendah hingga tertinggi. ODS digunakan karena parasetamol bersifat polar sehingga senyawa
parasetamol tidak akan tertahan pada fase diam tetapi ikut keluar bersama fase
gerak yaitu metanol : air.
Pengujian tablet parasetamol diawali dengan
penginjeksian sampel uji yang telah disaring dengan membran filter PTFE,
penyaringan ini dilakukan agar tidak terjadi penyumbatan didalam kolom. Dengan
bantuan pompa bertekanan tinggi, sampel masuk ke dalam kolom. Di dalam kolom,
komponen-komponen sampel dipisahkan berdasarkan kepolarannya. Parasetamol yang
bersifat polar akan keluar lebih dulu bersama fase gerak, dan eksipien lain
yang bersifat non polar akan tertahan di dalam kolom.
Pada pengujian
ini detektor yang digunakan adalah detektor UV 243 nm karena parasetamol
memiliki gugus kromofor yang dapat terbaca oleh detektor UV. Panjang gelombang yang digunakan 243 nm
karena merupakan panjang gelombang maksimal dari parasetamol, dimana pada
panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal dan memenuhi hukum
Lambert-Beer, selain itu jika dilakukan pengulangan maka kesalahannya akan
kecil.
Dari hasil pengamatan, nilai SBR pada uji kesesuaian
sistem telah memenuhi syarat yaitu <2 %. Berdasarkan Farmakope Indonesia IV,
kadar parasetamol dalam tablet tidak boleh < 90% dan >110%, hal ini berarti
kadar parasetamol dalam tablet parasetamol tidak memenuhi syarat. Hal ini
disebabkan :
-
Kondisi
alat yang digunakan yang telah digunakan berulang kali.
-
Kemungkinan
tablet parasetamol yang sudah kadaluarsa.
-
Kemungkinan
penyimpanan tablet yang tidak baik sehingga, kadar parasetamol terdegradasi dan
teroksidasi karena paparan cahaya.
-
Adanya
kontaminasi selama pengerjaan.
Dilihat dari
kromatogram yang terbentuk, terdapat tailing factor dari setiap konsentrasi.
Tailing factor ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Guard column yang sudah mulai rusak.
2. Fase gerak yang sudah mulai rusak.
3. Partikel silika yang dipakai di dalam bahan pendukung
bukanlah partikel silika yang baik.
4. Adanya komponen lain yang keluar tepat setelah peak.
5. Sampel bereaksi dengan gugus silanol pada partikel
silika.
6. pH fase gerak yang tidak tepat.
7. Pemilihan kolom yang tidak teapat dengan senyawa yang
menjadi target analisa.
8. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel tidak
kompatibel dengan fase gerak.
BAB V
Kesimpulan
- KCKT adalah instrument untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidak murnian ( impurities) dan analisis senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap (nonvolatil).
Daftar Pustaka
- Cresswell, Clifford.J. 2005. Analisis Spektrum Senyawa Organik. Bandung: ITB
- Hayun, Ibnu Ganjar Dan Abdul Rahman. 2006. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar
- Ibnu Ghalib. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar
- Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press: Jakarta.
- R.A.Day, Dr Jan Dan Al - Underwood. 2002. Analitik Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
- Sumar, Hendayana. 1994. Parasetamol. Jakarta: UI Press Supardani. 20011. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar